Minggu, 12 Oktober 2008

Artikel

Kekuatan Dongeng terhadap Anak

Oleh: Rudi Maryati, S.Pd
Editor: Farida Nur'aini, S.Sos.

ADALAH Kak Bimo, seorang pecinta anak-anak, guru, trainer, sekaligus pendongeng yang sangat fasih dan piawai. Di kotanya Yogyakarta penulis mengenalnya tak hanya lantaran kemampuannya menyihir anak-anak dengan dramatis, namun juga karena muatan pesan moral yang dalam serta komprehensif mampu diselipkan dengan sangat apik dan tak membebani. Anak-anak demikian terbius segenap perhatian dan pikirannya pada alur cerita sederhana namun enak diikuti selama dongeng berlangsung. Kemudian kita mungkin mengenal PM Toh, pendongeng asal Aceh yang selalu mementingkan interaksi serta suasana yang aman dan nyaman bagi anak-anak yang mendengarkannya. Selain itu tak asing bagi kita yakni Kusumo Priyono, maestro dongeng Indonesia yang berpendapat bahwa dalam mendongeng biasanya ada sesuatu yang ingin disampaikan, terutama moral dan budi pekerti. Selain itu, yang tak kalah penting adalah sarat nuansa hiburan bagi anak-anak (edukatif dan kreatif) sehingga anak merasa senang dan terhibur. Demikianlah, anak-anak memang sangat senang mendengarkan cerita atau dongeng. Terutama cerita yang dibacakan oleh orang tua atau orang dewasa.

Menimbang Manfaat Dongeng

Tak bisa disangkal bahwa dongeng memang memiliki daya tarik tersendiri. Di sebagian sisi, terjadi suatu fenomena klise, bahwa anak-anak sebelum tidur kerap minta mendengar dongeng yang dikisahkan oleh ibu, nenek, atau orang dewasa yang berusaha menidurkannya. Meski bisa saja ditafsirkan bahwa dongeng tak selamanya menyenangkan, namun kenyataannya memang dongeng mudah membuat anak tertidur, disamping dongeng disetujui sebagai aktifitas rileks memang memiliki potensi konstruktif untuk mendukung pertumbuhkembangan mental anak. Bercerita atau mendongeng dalam bahasa Inggris disebut storytelling, memiliki banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah mampu mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak, mengembangkan kemampuan berbicara anak, mengembangkan daya sosialisasi anak dan yang terutama adalah sarana komunikasi anak dengan orang tuanya. (Media Indonesia, 2006). Kalangan ahli psikologi menyarankan agar orangtua membiasakan mendongeng untuk mengurangi pengaruh buruk alat permainan modern. Hal itu dipentingkan mengingat interaksi langsung antara anak balita dengan orangtuanya dengan mendongeng sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak menjelang dewasa.

Selain itu, dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng merupakan cara yang tak kalah ampuh dan efektif untuk memberikan human touch atau sentuhan manusiawi dan sportifitas bagi anak. Melalui dongeng pula jelajah cakrawala pemikiran anak akan menjadi lebih baik, lebih kritis, dan cerdas. Anak juga bisa memahami hal mana yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru. Hal ini akan membantu mereka dalam mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar disamping memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di tengah-tengah orang lain. Sebaliknya, anak yang kurang imajinasi bisa berakibat pada pergaulan yang kurang, sulit bersosialisasi atau beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Namun terlepas dari setumpuk teori manfaat tersebut, rasanya kita tetap harus berhati-hati. Karena jika kita kurang teliti, cukup banyak dongeng mengandung kisah yang justru rawan menjadi teladan buruk bagi anak-anak. Sebut saja dongeng rakyat tentang Sangkuriang yang secara eksplisit mengisahkan bahwa ibu kandung Sang-kuriang gara-gara bersumpah akan menjadi istri pihak yang mengambil peralatan tenun yang jatuh terpaksa menikah dengan seekor anjing. Tak cukup itu kondisi diperparah oleh kisah bahwa setelah membunuh sang anjing yang notabene adalah ayah kandungnya sendiri Sangkuriang sempat jatuh cinta dalam makna asmara kepada Dayang Sumbi, ibu kandungnya sendiri. Belum terhitung kelicikan Dayang Sumbi membangunkan ayam jago agar berkokok sebelum saat fajar benar-benar tiba, demi mengecoh Sangkuriang agar menduga dirinya gagal memenuhi permintaan Dayang Sumbi yakni merampungkan pembuatan perahu dalam satu malam saja, padahal sebenarnya sudah hampir selesai.

Perilaku membunuh ayah, ingin menikahi ibu kandung dan menipu demi ingkar sumpah jelas-jelas kurang baik dikisahkan kepada anak-anak. Dan masih ada beragam cerita lain. Nah jenis cerita seperti ini perlu untuk diolah agar anak tak mentah-mentah menerima. Pendongeng penting untuk memperhalus bahasanya termasuk kehati-hatian untuk mengarahkan pada nilai benar salahnya. Orangtua perlu untuk menimbang manfaat yang akan dipetik dari sebuah dongeng.



Pendongeng di rumah

Orang tua bagaimanapun kondisinya rasanya perlu untuk mulai menyadari akan pentingnya dongeng ini. Dengan berbekal kemauan inilah awal dari solusi untuk mencari jalan keluar merealisasikan hubungan yang lebih harmonis antara orangtua dan anak. Tak dapat dianggap enteng bahwa kesibukan dan waktu yang sempit serta kondisi fisik yang lelah menjadi tantangan bagi orangtua untuk menjadi 'pendongeng' bagi anak-anaknya. Beberapa saran bagi orangtua yang baru mulai belajar mendongeng untuk bercerita, adalah mulailah dengan mencari tempat dan waktu yang tepat. Jika telah mendapatkan, mulailah bercerita dari awal sampai akhir. Tak perlu berfikir sulit, ceritakan cerita fiktif atau angkat salah satu potongan kenangan masa kecil yang Bapak/ Ibu pernah alami. Bawalah cerita secara simple, berisi, dan tamat. Usahakan cerita itu berakhir dengan kebahagiaan (happy ending). Ceritakan dari awal sampai selesai walaupun kadang itu mengesalkan karena pasti anak-anak akan banyak bertanya. Baru setengah jalan sudah bertanya, tapi usahakanlah sampai selesai. Kalau anak-anak bertanya sebisanya dilayani dan berceritalah dengan wajar tak perlu di kembangkan ke segala arah tanpa fokus yang tidak jelas.

Selain itu, untuk merangsang daya imajinasi anak, sisipkan pertanyaan dalam setiap dongeng Bapak/. Ibu. Hal lain yang tak kalah penting dalam mendongeng adalah adanya interaksi serta suasana yang aman dan nyaman bagi anak-anak yang mendengarkan. Akan lebih baik lagi, kalau ayah dan ibu bersama-sama mendampingi anak sehingga anak bisa merasakan kehangatan kasih sayang kedua orangtuanya. Dalam hal ini orangtua perlu selalu ingat bahwa pendongeng bebas untuk membawa 'misi' apa saja. Bawalah tema yang sesuai dengan apa yang akan Bapak/ Ibu harapkan pada anak. Sikap, perilaku, kebiasaan, atau pola pikir kurang baik pada anak, perlahan-lahan dapat diperbaiki. Singkatnya, orangtua dapat memanfaatkan media dongeng dalam memberi saran, nasihat, atau pelajaran pada anaknya. Selamat Mendongeng!



Penulis adalah Staf Pengajar di TK Islam Al-Azhar 21 Pontianak

Dongeng Dalam Pendidikan
Tanggal posting: 08-09-06
Penulis: Kontributor
Bangsa koruptor, bangsa penipu, bangsa urakan, bangsa semau gue, bangsa tidak tertib..dan berbagai sebutan lain yang ditujukan pada bangsa kita sendiri yaitu Indonesia yang katanya lebih kurang 185 juta penduduknya bergama ISLAM !!! Bagaimana ini bisa terjadi ??!! Mengapa ?!!!

Jawabnya bisa banyak tapi...penulis membahas salah satunya saja yaitu : Pendidikan khususnya yang dilakukan oleh para ibu...ingatlah semboyan dari orang-orang arab Ibu adalah sekolah!

Ibu adalah sosok perempuan yang tabah dan sabar untuk tidak pernah menurunkan gendongannya anaknya hingga lebih dari sembilan bulan. ..Dia yang berani mati mengeluarkan kita dari rahimnya dengan taruhan nyawa...yang melahirkan kita semua ..Ibu adalah insan yang begitu banyak jasanya terhadap berhasilnya sang anak dalam kehidupannya tapi juga bisa sebaliknya ibu adalah manusia menjadi faktor terhadap hancurnya sang anak dalam kehidupannya, karena semua itu tak lepas dari peran ibu sebagai orang tuanya...Sebagaimana hadits Rasululloh sallallahu''alaihi wa sallam yang artinya: "Setiap bayi terlahir dalam keadaan fithrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya, Yahudi, Nasrani ataupun Majusi.." (HR: Bukhari)

Ulama mengartikan fitrah itu adalah rasa cinta kepada dienul Al-Islam, menerima, dan menginginkan kebenaran, dan mengakui adanya Robb yang merupakan bakat dari setiap anak, namun peran pendidikan orang tuanya-lah yang menjadikan dia menjadi beraqidah, beribadah, berahklaq selain Islam. Sekarang coba mari kita lihat salah satu bentuk pendidikan anak yang mudah dilakukan baik orang tuanya pembantu rumah tangga, buruh pabrik, petani, pegawai kantor, pedagang, menteri, bahkan presiden...Yaitu berkisah DONGENG.

Mendongeng adalah suatu aktivitas bercerita suatu kisah entah khayal atau nyata yang biasanya diceritakan pada masa kanak-kanak. Dan biasanya cerita dongeng itu masih teringat oleh kita hingga dewasa karena di sana kita masih kecil dan minat mendengar dongeng kuat sekali alias kemampuan belajar tentang sesuatu di luar kita cukup besar. Sebagaimana pepatah Belajar di waktu muda seperti menulis di atas batu sedangkan belajar di waktu tua seperti menulis di permukaan air.

Sekarang ada pertanyaan dari penulis untuk pembaca ..Pernahkah anda mendengar kisah akhir yang mengenaskan dari sang kancil....tentu tidak pernah alias selalu lolos dari hukuman maut atas kecerdikannya (TIPUANNYA). Oleh karena itu perlu kami tengahkan nasehat Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu semoga Alloh Ta'ala merahmatinya tentang kisah-kisah.

Kisah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jiwa, maka seorang pendidik selayaknya memperbanyak kisah-kisa yang bermanfaaat. dan itu banyak sekali terdapat dalam Al-Quran Al Karim dan sunnah-sunnah yang suci diantaranya, Kisah Ashabul Kahfi (penghuni gua), bertujuan untuk membentuk generasi yang beriman kepada Alloh, cinta kepada tauhid dan membenci kepada kemusyrikan. Kisah Isa alahi wasallam, bertujuan untuk menjelaskan bahwa beliau adalah hamba Allah dan bukan anak Allah sebagaimana anggapan kaum Nashrani, Kisah Yusuf alahi sallam, diantara tujuannya adalah untuk memperingatkan agar jangan sampai terjadi pergaulan campur aduk antara laki-laki dan perempuan, sebab akan membawa akibat yang sangat jelek, Kisah Yunus alahi wasallam, bertujuan untuk menekankan agar selalu ber-isti''anah (meminta pertolongan). Hanya kepada Allah saja lebih-lebih ketika ditimpa musibah.

Kisah orang-orang yang terperangkap dalam gua yaitu kisah yang diceritakan oleh Nabi sallallahu''alaihi wa sallam untuk mengajarkan kepada para sahabatnya tentang bertawassul kepada Alloh dengan amal-amal sholeh seperti ridho kepada orang tua, memenuhi hak-hak pemiliknya, dan meninggalkan zina karena takut karena Alloh. Dan sunnah nabawiyah penuh dengan kisah-kisah yang bermanfaaat.

Singkat kata, maka hendaknya semua pengajar/pembina/pendidik memperbanyak kisah-kisah yang bermanfaat kepada anak didiknya, sebab kisah-kisah ini merupakan pembantu terbaik bagi pembinaan generasi. Disamping itu, hendaknya mereka harus berhati-hati, jangan sampai membawakan kisah-kisah jelek yang akan mendorong anak-anak didik mengambil pengalaman untuk melakukan pencurian, tindakan-tindakan keji, dan penyimpangan-penyimpangan tingkah laku.

Sekarang coba kita renungkan bagaimanakah kalau kisah seperti Teletubies yang tokoh-tokohnya tidak jelas karakter wanita- prianya juga pembimbingnya bukan bapak ibu tapi dewa matahari(si bayi) dan si penyedot debu ... Sinchan dengan gaya tololnya dan kesukaan pada hal ''ngeres''/porno apalagi bapaknya dan ibunya yang kejam....Power Rangers, Ksatria Baja Hitam, dan semacamnya yang menggambarkan bahwa segala permasalahan hanya bisa dipecahkan dengan kekerasan/perkelahian...Doraemon dan tokoh-tokohnya yang pemalas (si Nobita), kejam (si Giant), licik dan sombong (si Tsuneo), penolong bak Dewa Serba Bisa (si Doraemon)..Tom & Jery, Donal Bebek dan semacamnya dikisahkan pada anak-anak..yang penuh adegan kekerasan dan penipuan untuk menghancurkan musuh di ajarkan pada anak didik kita. BAGAIMANAKAH NASIB GENERASI PENGGEMAR KISAH-KISAH INI !!!.

Tidak ada komentar: